Kamis, 09 Maret 2023

Uang Saku

                                                                      Jauharotul Badi'ah

     Zaman sekarang hampir semua anak pasti mendapatkan uang saku. walaupun jumlahnya berbeda-beda sesuai dengan keadaan ekonomi orang tua maupun karena kebijakan orang tua yang memang ingin membatasi uang saku bagi anak-anaknya.

    Pada waktu saya masih sekolah, mulai TK sampai tamat kuliah, tidak pernah minta uang saku kepada ibu (ibu sendiri juga selalu bilang tdak pernah memberi kepada saya dan adik saya pertama). Saya ingat waktu MI begitu penginnya sangu tapi nggak berani minta ke ibu (karena kasihan), pernah ngambil uang dari celengan adik, Maaf ya dik....!

    Kemudian ketika di bangku MTs, saya selalu melihat teman-teman saya beli jajan di tas kresek kecil dibawa ke kelas (sampai sekarang masih terekam diingatan ) saya juga tidak ingin dan tidak  pernah bawa uang saku, seingat saya satu kali penah beli bubur kacang hijau di selatan sekolah. kemudian satu kali lagi mau beli jajan di toko barat sekolah, ketika di depan tokonya, disela-sela kerubutan anak yang begitu banyak saya mendengar ibu yang jualan bilang, " Aku koq nggak tau eroh putrane pak Umar Njajan to? " saya langsung balik badan dan nggak pernah jajan lagi sampai tamat. dan itu nggak pernah saya ceritakan kesiapapun.

     Kalau diingat-ingat begitu kuat daya tahan tubuh saya waktu itu. Pagi nggak pernah sarapan, nggak bawa air minum, nggak bawa uang saku, pulang sekolah jam 12.00. pulang pergi naik sepeda pancal, dan kalau waktu pelajaran olah raga, kadang diajak ke lapangan kunir, sebelah selatan dekat sungai brantas. baru makan dan minum setelah pulang dari sekolah.

    Ketika di Madrasah Aliyah, saya mondok di Pon Pes Mamba'ul  Ma'arif Denanyar Jombang, uang saku saya juga minim. Tapi walaupun terkadang kurang saya tidak pernah meminta tambahan sangu, jadi selalu nunggu jatah dikirim. pernah saking takutnya karena uang tinggal sedikit sekali, akhrnya berdo'a kepada Allah segera dikirim. 

    Mengapa saya nggak pernah minta uang saku atau kalau uang habis nggak berani minta. saya bukannya tidak berani, tapi saya sangat tahu keadaan keuangan orang tua saat itu. gaji abah yang PNS guru saat itu untuk membiayai lima orang anak sangatlah kurang. Saya merasa sangat kashan kepada ibu saya.

    Saya sering melihat ibu pinjem di tetangga yang saat itu kebun kelapanya banyak. Alhamdulillah orangnya baik sekali. Setiap ibu pinjem selalu ada. dan ibupun selalu tepat waktu mengembalikannya. Karena inget kebaikannya itu, ketika tetangga meninggal dan yg memandikan jenazahnya kurang satu, karena anak perempuan yg satu sedang haid dan satunya lagi belum datang, saya menggantikan untuk ikut memandikannya.

    Saat kuliah di Tulungagung, saya pernah pulang pergi dari rumah. waktu itupun saya hanya minta uang untuk ongkos naik prau dan naik bus. Selesai kuliah juga langsung pulang, tidak pernah mampir kemana-mana.

    Itu pengalaman saya dari kecil sampai kuliah. Roda terus berputar. Alhamdulillah sekarang yang saya punya lebih dari cukup, dan  pernah saya berjanji pada diri sendiri, kalau saya punya penghasilan yang lebih akan membalas jasa orang tua. Dan hal itu terlaksana sebentar, setelah sekarang saya single parent, justru orang tua yang memberi uang kepada saya dan anak-anak setiap bulan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Perjalanan

  Jauharotul Badi'ah    Pagi ini Jum'at Wage yang bertepatan dengan tanggal 2 Juni 2023, tiba-tiba Mahira bertanya tentang hari ter...