Jumat, 02 Juni 2023

Kisah Perjalanan

  Jauharotul Badi'ah 

 Pagi ini Jum'at Wage yang bertepatan dengan tanggal 2 Juni 2023, tiba-tiba Mahira bertanya tentang hari terakhir ayahnya,

Mahira : Ma, waktu ayah mau meninggal bilang apa?

Aku : Ayah nggak bilang apa-apa, ayah baca Tasbih, Tahmid, Istighfar dll. 

Mahira : Ayah koq tahu, kalau mau meninggal?

Aku : Ayah nggak tahu, Ayah ngerasain pusing, lemes. Jadi terus baca-baca itu.

Mahira : Mama di mana?

Aku : Ayah duduk, Mama dibelakang  ayah ngelus-elus punggungnya sambil ikut baca dzikir. (kata ayah dosa mama masih sedikit, kalau mama di dekatnya sambil ikut baca, rasanya jadi adem).

Mahira : Mbak dimana?

Aku : Mbak Nabila beli sate ( ayah bilang pengin maem sate). Waktu mama mandiin adik sore itu, ayah juga mandi, tapi semua yang dipegang jatuh . sabun,  sikat gigi, pasta gigi. setelah ayah pakai sarung dan kaos yang sudah mama siapin, ayah sholat  Ashar, waktu mau shalat ayah bilang "Dik Aku nggak kuat ngadeg". , mama jawab " lenggah mawon mas" . Kemudian ayah shalat Ashar, selesai shalat, dzikir, dan minta mama duduk dibelakangnya sambil ikut baca dzikir. sampai tiba-tiba badannya ambruk ke ayunan bayi adik. Kemudian mama minta tolong tetangga nganterin ke RS. petrokimia. Sewaktu adzan maghrib dokter manggil mama bilangin kalau ayah meninggal.

Ini tadi nanya begitu karena tak marahin. "adik tinggal punya mama, kalau nggak nurut mama nurut siapa?". Disuruh shalat, nggak segera berangkat, disuruh jujur, kadang masih suka bohong.. dari kecil dia nggak pernah aku marahi, karena disaat masih kecil sekali, sewaktu belajar mengaji, nada bicaraku tak tinggikan, karena ngajinya nggak konsen, langsung nangis sesenggukan luama.

Ya Allah, barusan lihat kalender,ternyata hari jum'at ini hari kelahirannya, makanya dari pagi tiba-tiba ingat semuanya.

Aku dulu itu, sama suami boso kromo mluipis, dan nggak pernah maneni, ( makanya waktu mau meninggal, suami bilang dosaku sedikit 😊). tapi yang namanya rumah tangga, kadang juga berselisih faham, jadi kalau pas emosi kromo mlipisnya hilang. kalau suami waktu ngobrol langsung sehari-hari di rumah, ngoko, tapi kalau telpon dari luar ataupun dari kantor pakai bahasa kromo inggil juga.

Aku  kalau marah nggak pernah lama, soalnya kalau marah, lihat wajahnya mesti nggak jadi marah. ( berubah senyum ).

 setiap hari, setiap mau berangkat ke kantor suami selalu salim ( cium pipi kana, cium pipi kiri, cium kening). Pernah satu kali aku marah, sudah salim, cipika, cipiki, cium kening, tapi nggak aku ikutin sampai pintu gerbang. sudah diatas motor, suami balik lagi sambil bilang, " Ya  Allah, bojone berangkat di tokne (dibiarkan) ! 😊.

Ada cerita lucu, jadi setiap hari, suami pesen suruh bangunin shalat malem, dan selalu aku bangunin. pada hari-hari akhir sempat bilang, kalau kadang pas capek dan ngantuk sekali, sebelum aku bangunin, bangun duluan, ke kamar mandi dan nggelar sajadah. Katanya biar dikira sudah shalat dan nggak dibangunin.

Teman guru waktu di Gresik dulu, yang suaminya juga dipanggil duluan pernah bilang, " Kalau sudah nggak ada itu yang di memori kita hanya tinggal yang baik-baik saja, buruknya kehapus semua". dan itu benar. Suamiku kemanapun pergi selalu pamit, walaupun perginya cuma sebentar. Ke toko, yasinan, rapat, bahkan shalat jamaah di masjid yang jaraknya kurang dari 50 langkah juga pamit. Suaranya sampai sekarang masih terngiang, " dik bidal riyin ".



Kamis, 09 Maret 2023

Teknik Belajar Yang Bagus

                                                                                   

Jauharotul Badi'ah


                                                                

                                                                     Jauharotul Badi'ah

    Kebanyakan anak sekolah, (bukan seluruhnya) belajar dengan rajin disaat jadwal ujian sudah dekat. Jadi misalnya hari ini ujian, minggu kemarin baru mempersiapkan diri untuk belajar, bahkan ada juga yang malemnya baru membuka buku. Padahal itu cara yang  salah, bisa saja kita merasa faham dan hafal pada malam harinya tapi hilang semua pagi hari saat di ruang ujian.
    Sewaktu saya kelas 1 MTs, cara belajar saya tidak berubah, masih seperti waktu saya di MI. Di MI walaupun tidak begitu rajin tapi selalu mendapat peringkat 3 besar, karena memang muridnya hanya sedikit. Begitu masuk MTs, kelas 1 rangking langsung terjun ke peringkat pararel 38 semester 1 dan 33  semester 2 dari 354 siswa ( 8 kelas ).
    Awalnya mendapat hasil nilai yang demikian biasa saja, dan tidak merubah cara belajar saya. begitu dikelas dua, saat pembagian raport, tiba-tiba ibu bilang, " Kata Abah dik Najib rangking 1 dari keseluruhan kelas 1,2, dan 3, jumlah nilainya paling tinggi dan nilainya sembilan semua, dan dapat beasiswa bebas SPP ". Jadi saat itu nilai dik Najib tertinggi diantara hampir seribuan siswa.
    Dari situlah akhirnya saya mengikuti cara belajarnya, sebelum pelajaran disampaikan dikelas pada pagi hari, malemnya materi itu dibaca dulu di rumah, jadi saat guru menerangkan materi, pengetahuan kita tentang materi itu tidak kosong, sudah ada sedikit materi yang kita ketahui. jadi tinggal menanyakan kalau ada sedikit hal yang belum difahami.
    Setelah sampai di rumah siang  atau sore harinya, dibuka lagi pelajaran yang telah diajarkan dan diterangkan guru disekolah tadi, dibaca saja tidak apa-apa. tapi harus istiqomah. begitu seterusnya setiap hari. Adik pernah bilang kalau semua isi buku pelajaran maupun buku paket itu hafal semua  isinya dan hafal letak halamannya. Dan rajinnya belajar adik tersebut terus berlanjut sampai saat ini, hingga sekarang meraih gelar profesor diusianya yang masih sangat muda. 
    Teknik belajarnya kemudian saya tiru, hasilnya pada saat kelas 2 semester 1 saya rangking 73, dan pada pada semester 2 rangking 15 dari 354 siswa. Akhirnya walaupun saya tidak bisa mengikuti jejak adik dengan nilai tertinggi seluruh siswa. Setidaknya bisa masuk 3 besar di ruang kelas yg jumlahnya 43/44 saat itu, dan rangking 13 kadang 15 dari seluruh kelas 1 yg jumlahnya 354.
    

    

Uang Saku

                                                                      Jauharotul Badi'ah

     Zaman sekarang hampir semua anak pasti mendapatkan uang saku. walaupun jumlahnya berbeda-beda sesuai dengan keadaan ekonomi orang tua maupun karena kebijakan orang tua yang memang ingin membatasi uang saku bagi anak-anaknya.

    Pada waktu saya masih sekolah, mulai TK sampai tamat kuliah, tidak pernah minta uang saku kepada ibu (ibu sendiri juga selalu bilang tdak pernah memberi kepada saya dan adik saya pertama). Saya ingat waktu MI begitu penginnya sangu tapi nggak berani minta ke ibu (karena kasihan), pernah ngambil uang dari celengan adik, Maaf ya dik....!

    Kemudian ketika di bangku MTs, saya selalu melihat teman-teman saya beli jajan di tas kresek kecil dibawa ke kelas (sampai sekarang masih terekam diingatan ) saya juga tidak ingin dan tidak  pernah bawa uang saku, seingat saya satu kali penah beli bubur kacang hijau di selatan sekolah. kemudian satu kali lagi mau beli jajan di toko barat sekolah, ketika di depan tokonya, disela-sela kerubutan anak yang begitu banyak saya mendengar ibu yang jualan bilang, " Aku koq nggak tau eroh putrane pak Umar Njajan to? " saya langsung balik badan dan nggak pernah jajan lagi sampai tamat. dan itu nggak pernah saya ceritakan kesiapapun.

     Kalau diingat-ingat begitu kuat daya tahan tubuh saya waktu itu. Pagi nggak pernah sarapan, nggak bawa air minum, nggak bawa uang saku, pulang sekolah jam 12.00. pulang pergi naik sepeda pancal, dan kalau waktu pelajaran olah raga, kadang diajak ke lapangan kunir, sebelah selatan dekat sungai brantas. baru makan dan minum setelah pulang dari sekolah.

    Ketika di Madrasah Aliyah, saya mondok di Pon Pes Mamba'ul  Ma'arif Denanyar Jombang, uang saku saya juga minim. Tapi walaupun terkadang kurang saya tidak pernah meminta tambahan sangu, jadi selalu nunggu jatah dikirim. pernah saking takutnya karena uang tinggal sedikit sekali, akhrnya berdo'a kepada Allah segera dikirim. 

    Mengapa saya nggak pernah minta uang saku atau kalau uang habis nggak berani minta. saya bukannya tidak berani, tapi saya sangat tahu keadaan keuangan orang tua saat itu. gaji abah yang PNS guru saat itu untuk membiayai lima orang anak sangatlah kurang. Saya merasa sangat kashan kepada ibu saya.

    Saya sering melihat ibu pinjem di tetangga yang saat itu kebun kelapanya banyak. Alhamdulillah orangnya baik sekali. Setiap ibu pinjem selalu ada. dan ibupun selalu tepat waktu mengembalikannya. Karena inget kebaikannya itu, ketika tetangga meninggal dan yg memandikan jenazahnya kurang satu, karena anak perempuan yg satu sedang haid dan satunya lagi belum datang, saya menggantikan untuk ikut memandikannya.

    Saat kuliah di Tulungagung, saya pernah pulang pergi dari rumah. waktu itupun saya hanya minta uang untuk ongkos naik prau dan naik bus. Selesai kuliah juga langsung pulang, tidak pernah mampir kemana-mana.

    Itu pengalaman saya dari kecil sampai kuliah. Roda terus berputar. Alhamdulillah sekarang yang saya punya lebih dari cukup, dan  pernah saya berjanji pada diri sendiri, kalau saya punya penghasilan yang lebih akan membalas jasa orang tua. Dan hal itu terlaksana sebentar, setelah sekarang saya single parent, justru orang tua yang memberi uang kepada saya dan anak-anak setiap bulan.



Kisah Perjalanan

  Jauharotul Badi'ah    Pagi ini Jum'at Wage yang bertepatan dengan tanggal 2 Juni 2023, tiba-tiba Mahira bertanya tentang hari ter...